Meraup Hikmah dari Pandemi

Mendengar kata pandemi tentu buat setiap orang bergidik. Bukan hanya mengancam kesehatan, faktanya, pandemi mengancam seluruh sendi dan tatanan kehidupan. Pandemi bisa membuat sahabat tak lagi berjabat. Pandemi bisa membuat ribuan bahkan jutaan karyawan kehilangan pekerjaan. Pandemi bisa membuat anak-anak yang tadinya riang bermain di lapangan upacara, kini harus rela bertatap muka dengan bapak ibu guru hanya di dunia maya. Pandemi bisa merubah segalanya dalam hitungan bulan bahkan mungkin hari. Yang dulunya hidup normal-normal saja, sekarang harus terbiasa dengan istilah new normal. Yah, masyarakat pikir segalanya seakan berubah. Padahal arti new normal sebenarnya hanyalah membudayakan hal-hal yang dibiasakan selama pandemi. Hal tersebut pada dasarnya juga membawa kebaikan untuk kehidupan. Jadi, sepatutnya ini tak perlu diperdebatkan. Budaya mencuci tangan mengajarkan kita untuk selalu mengingat jutaan kuman yang bersarang di tangan yang setiap saat mengancam kesehatan bila tak dibasuh air dan sabun. Budaya memakai masker mengajarkan kita bahwa hal tak kasat mata yang keluar dari mulut dan hidung kita boleh jadi menyebabkan orang terbaring di bangsal rumah sakit. Budaya social distancing bukan mengajarkan kita berprasangka buruk atau bersifat angkuh terhadap orang lain, namun merupakan bentuk kepedulian kita terhadap kesehatan orang lain karena boleh jadi kita menjadi musabab seseorang menderita sakit. Yah, mulai sekarang semua harus dibudayakan.

Di dunia pendidikan, orang-orang pun dihadapkan pada pola kehidupan baru. Guru yang selama ini tahunya Cuma mengajar secara tatap muka langsung, kini harus banting setir, mau tak mau belajar menggunakan aplikasi video conference untuk dapat bersua dengan anak-anak muridnya. Kegiatan-kegiatan pelatihan dan seminar yang sedianya dihelat di gedung auditorium, kini harus melipir ke meeting room yang dibatasi dalam jumlah hadirin. Jika dipikir-pikir, memang banyak hal yang harus dikorbankan selama pandemi Covid-19 ini. Namun kita seringkali lupa, bahwa sejatinya “Maka beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah:5) Selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang digariskan Sang Pencipta. Saya pribadi merasa ada banyak sekali hal yang berubah dari hidup yang saya jalani selama masa pandemi Covid-19. Harus saya akui, sebagai guru, saya menjadi punya waktu luang yang sedikit lebih banyak dari biasanya. Waktu luang tersebutlah yang sering kali saya gunakan untuk mengikuti webinar, online workshop, dan berbagai jenis pelatihan. Salah satu contoh workshop yang saya ikuti ialah Workshop Online Sagusablog Lanjutan yang diadakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI). Kegiatan Workshop SAGUSABLOG ini diawali dengan tahap pendaftaran, dinamika kelas, literasi modul, hingga penuntasan tagihan-tagihan modul yang selanjutnya disubmit di akun masing-masing untuk diberi feedback dan dinilai. Menurut saya, kegiatan ini sangat positif dalam mendukung terciptanya guru milenial yang selain berkomitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, juga beriringan dengan penguasaan teknologi yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang menyenangkan. Bagi saya, pandemi bukan menjadi halangan untuk belajar. Justru di masa-masa sekarang inilah kesempatan yang kita miliki untuk menimba pengalaman sebanyak-banyaknya agar nantinya ketika kehidupan sudah pulih kembali, kita siap untuk melanjutkan tujuan mulia mencerdaskan kehidupan bangsa dengan bekal ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama mengikuti berbagai kegiatan positif di masa pandemi ini.

- M. Ardhan Akil, S.Pd -

0 komentar:

Posting Komentar